Friday, September 30, 2005

AYO IKUT...IKUT....!!!

LOMBA KOMIK
Pekan Komik Nasional 2
Universitas Kristen Petra Surabaya



TEMA:
Jangan Takut!

Ketentuan Umum:
1. Peserta terbuka untuk mahasiswa dan SMA
2. Tidak dipungut biaya pendaftaran
3. Dapat dilakukan secara perseorangan atau kelompok (studio/komunitas)
4. Peserta boleh mengirimkan karya maksimal 2 buah karya dengan judul dan cerita yang berbeda.

Ketentuan Teknis:
1. Komik dibuat di atas kertas A4 (210 mm x 297 mm) dengan jumlah halaman minimal 4
halaman dan maksimal 8 halaman (sudah termasuk cover)
2. Cerita harus selesai sesuai dengan jumlah halaman yang sudah ditentukan.
3. Teknik bebas, boleh manual atau digital, boleh berwarna maupun hitam-putih (BW)
4. Nama pencipta (perseorangan maupun anggota kelompok) dicantumkan di pojok kanan bawah cover. Dalam satu kelompok, anggota boleh bebas, asalkan berstatus mahasiswa atau pelajar SMA.
5. Karya yang dibuat adalah karya yang original dan tidak pernah dipublikasikan di media manapun dan diikutkan lomba manapun. Karya benar-benar baru!
6. Karya yang sudah dikumpulkan sepenuhnya menjadi hak milik panitia penyelenggara.
7. Karya komik tidak boleh menampilkan kekerasan, SARA dan pornografi.
8. Pengumpulan karya paling lambat sudah diterima oleh panitia tanggal 14 November 2005 jam 17.00 wib dengan menyertakan fotokopi Kartu Mahasiswa atau Kartu Pelajar.
9. Karya dikirimkan ke:
PANITIA LOMBA KOMIK PKN 2
d/a Bagian TU DKV Gedung P Lantai 3
Jl. Siwalankerto 142-144 Surabaya 60236

10. Pengumuman pemenang akan diumumkan pada penyelenggaraan Pekan Komik Nasional 2 di Universitas Kristen Petra Surabaya pada bulan November 2005.

HADIAH:
Juara I : Rp 2.000.000,-
Juara II : Rp 1.000.000,-
Juara III : Rp 750.000,-


* Hasil lomba dan keputusan dewan juri tidak bisa diganggu gugat.

** Contact Person: 081330446598 (Laura), 0811307123 (Revina)

MEDIA TELEVISI


Menekan tombol televisi tidak menunjukkan bahwa saya ingin menonton,
tapi melainkan apa saja……
( Bansinger , Via Morley 1988 : 29)

Televisi bagai anak pertama dalam keluarga serba menjadi pusat perhatian
( Garin Nugroho , Sutradara film)


Televisi insight
- Program Acara
- Gaya Menonton
- Tingkat Perhatian / Atensi
- Lingkungan / ruang

Introduction
- Televisi baru dikenal di Indonesia tahun 1962, dalam rangka Sea Games IV di Jakarta ------fungsi hanya sebagai perluasan radio saja.
- Mulai 1 Maret 1963 siaran dimajukan dari pukul 19.30-21.30 menjadi 19.00 – 21.30 muncul model Titi Qadarsih iklan skuter Lumbretta-------iklan tv masih dibatasi 15 %.
- 1 April 1981 iklan televisi ditutup total SK MenpenRI/30/1981.
- Televisi sistem kabel muncul Desember 1988 RCTI mengudara radius 80 km persegi.
- 26 Agustus 1990 televisi mengudara secara umum tanpa sewa dekoder dan abonemen, diiringi SCTV lahir di Surabaya.

Bagaimana orang menonton televisi ?
(Peter Colllett, psikolog Inggris)

Selama menonton televisi orang melakukan apa saja mulai membaca, berbincang-bincang, bercanda, menjahit, merajut, membersihkan sesuatu, mengeringkan rambut, menekan remote mencari channel lain.
Bisa terjadi hal diatas karena :
- Sifat Iklan cermin sifat produknya.
- Sifat khalayak tidak mau disuguhi iklan.
- Posisioning iklan disaat penyiaran dan program acara yg disela.
- Perhatian pemirsa kadang ditentukan orang lain , semakin banyak orang yang menonton perhatian semakin kecil.
- Adegan menarik iklan masuk----kemungkinan iklan dilihat.

Tipologi menonton televisi
- Menonton Televisi adalah tindakan menjalin,
dan atau memutuskan ikatan inter personal.
- Menonton televisi adalah mendapatkan beraneka ragaman
pengalaman, bersantai, belajar, bermain, mengasuh dsb.
- Kehadiran suara sbg suara latar ( background noise) menjadikan
- Televisi sbg teman setia.
- Tindakan mengelola kekuasaan

Kekuatan Media Televisi
- Efisiensi Biaya
Televisi media yang paling efektif
(jangkauan dibanding media lain seperti Radio, Media Cetak).
- Dampak yang Kuat
Keunggulan kemampuan dilihat dan didengar (audio/visual)
- Pengaruh yang Kuat
Televisi sbg media yang paling kuat di rumah selesai dari kesibukan dan kepenatan meluangkan waktu.

Kelemahan Media Televisi
- Biaya yang Besar
Biaya besar mulai pre-produksi sampai produksi .
- Khalayak Tidak Selektif
Segmentasinya tidak setajam radio atau media cetak.
- Kesulitan Teknis
Iklan –iklan tidak bisa luwes dipindah jam tayang karena kepadatan program acara televisi.

Bentuk –bentuk iklan televisi
1. BLOCK TIME
Sebuah produk membeli acara pada jam tertentu dimana otomatis iklan-iklan dominasi produk tsb ( Gebyar BCA, Telkom Mania)
2. SPONSORSHIP
Sebuah produk mensponsori acara tertentu yang karakter produk sama---- Djarum Liga Italia, Inggris.
3. PARTISIPASI / PROMOSI
Iklan masuk pada program acara durasi 5, 15,30,45,60 detik
4. PSA (Public Service Announcement)
Iklan Layanan Masyarakat /Non Komersial.
5. SPOT
Iklan saat acara berlangsung , sebelum dan seudahnya.
6. SUPERIMPOSE
Iklan 10 “ seperti running teks,animasi produk.
7. BREAK BUMPER
Iklan sebelum acara dimulai dan sesudah acara.

RCTI
1989 : peluncuran perdana RCTI dengan decoder
1991 : Penggunaan decoder dicabut
1999 : manajemen RCTI mengalami pergantian
2002 : Hak siar piala Dunia 2002
2004 : Hak siar piala Eropa 2004

SCTV
1990 : SCTV Lahir jangkauan Surabaya
1993 : SCTV Nasional
1996 : Muncul Program Liputan 6
2006 : Stasiun Resmi Piala Dunia

TRANS TV
2001 : Trans TV lahir
2002 : Rangking 4 stasiun Nasional
2002 : Bajaj Bajuri tayangan Andalan
2005 : Coverage Area hingga 32 kota besar.

TPI
1991 : TPI lahir
1997 : Indosat bergabung
2002 : TPI melaunching logo baru
2003 : Indosat hengkang
2003 : TPI Gabung Bimantara Group.

INDOSIAR
1995 : Indosiar Lahir
1998 : Meraih Asian TV Awards
2004 :Trensetter Konser AFI

METRO TV
2000 : Mulai siaran 12 jam di 4 kota
2001 : Siaran 24 jam
2004 : Stasiun the election channel
Jan-Sep 2004 : Program Movie rating-rating tertinggi.

Teknik Visual dalam Iklan Televisi
1. Spokesperson
Seseorang didepan kamera langsung membawa iklan .
2. Testimonial
Seseorang yang dikenal/public figure memberi kesaksian/jaminan suatu produk.
3. Demonstration
Manfaat produk dijelaskan detail ( sabun cuci)
4. Close Up
Close up Indomie yang telah dimasak dan masih terlihat kepulan asap untuk segera disantap.
5. Story Line
Mirip teknik membuat film pendek/ komik strip . Kronologis sebuah produk dgn gaya tutur iklan mirip sepenggal film.
6. Direct Product Comparison
Perbandingan dua produk langsung.
7. Humor
Gaya ini disukai copywriter tapi beresiko kalau penggarapan humor kelewatan ----- citra/image produk.
8. Slice of Life
Penggalan dari adegan sehari-hari bisa di kantor,rumah,mal .
9. Customer Interview
Gaya reporter (Datang di lokasi wawancara ttg produk)
10.Vignettes atau Situations
Iklan dengan sejumlah orang sedang menikmati produk(makanan,minuman,permen) dengan tambahan suasana yang mendukung mis. Adegan minum , musik , dan gerakan slow motion pd waktu minum.
11.Animation
Animasi kartun .
12.Stop Motion
Iklan muncul tiba-tiba stop motion terus gerak lagi.
13.Rotoscope
Gabungan Animasi dgn gambaran nyata.
14.Combination
Gabungan dua atau tiga teknik diatas


(dari berbagai sumber)

Thursday, September 29, 2005

MEDIA RADIO

RADIO
CREATES
IMAGE IN THE IMAGINATION OF
THE
LISTENER
WRITE AS YOU SPEAK, NOT AS
YOU WRITE


Masing- masing media punya karakter yang berbeda-beda dan menjangkau kelompok audience yang berbeda-beda.

Bukan hanya tiras, tapi karakter audience dan kualitas segmen sangat menentukan efektifitas iklan.


Aspek-aspek dalam sebuah iklan:
-Pilihan Media
-Pilihan Waktu
-Pilihan Tempat
-Pilihan Ukuran
-Pilihan Frekwensi
-Pilihan Daya Tarik/kreatifitas


RADIO di Indonesia
Amerika Serikat hanya 13.000 radio ( Cakram edisi khusus Radio )

PRSSNI 800 anggota
ARSI 50 anggota
RSPD 150-an anggota
9000 lebih - RKPD, STRADA, Radio Gelap


Sedikit Brief ^^
Persaingan di industri radio yang begitu ketat bukan hanya terjadi saat ini. Jumlah radio meningkat dari sekitar 800 pada tahun 2000 menjadi sekitar 1.800 stasiun radio pada 2007 termasuk radio komunitas, radio pemerintah daerah serta radio tak berizin. Sayangnya, jumlah radio yang bertambah tidak diikuti dengan penambahan
persentase kue iklan. Ketika televisi meraih kue iklan nasional di atas 60 persen, selama tiga tahun berturut-turut perolehan iklan radio berada di angka lima persen dari kue iklan nasional.
Dari jumlah radio yang ada, hanya sekitar 20 persen yang hidup sejahtera.



Ada tiga buah alasan yang menjadi faktor-faktor yang mendukung siaran radio, antara lain adalah :

1.Radio siaran bersifat langsung
Pesan yang akan disiarkan dapat dilakukan tanpa proses yang rumit. Jika dibandingkan dengan penyiaran pesan melalui surat kabar, brosur, pamflet atau media cetak lainnya yang selain lama prosesnya juga tidak mudah menyebarluaskannya

2.Radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan
Radio siaran mempunyai sifat yang cukup luas menjangkau daerah manapun.
Hal ini tercantum dalam dalam salah satu karakter radio sebagai coverage area luas.
Teknologi yang digunakan sangat memungkinkan mengatasi hambatan geografis, cuaca maupun waktu.
Apalagi dengan perkembangan teknologi satelit yang semakin membuat penyebaran siaran radio menjadi lebih mudah sehingga hal ini bisa memungkinkan terjadinya mass distributor
yaitu siaran radio dapat dinikmati oleh banyak pendengar bersama dan serentak, dan hal ini tidak mungkin dilakukan oleh media cetak.

3. Radio siaran memiliki daya tarik
Radio mempunyai unsur daya tarik tersendiri karena ada tiga hal yang menyebabkannya demikian, antara lain : a.kata-kata lisan (spoken words); b.musik (music); c.efek suara (sound effect)

Dari ketiga hal diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kata-kata lisan dapat membangun efek theatre of mind. Radio hanya menampilkan suara, sehingga bisa menumbuhkan akibat lain bagi pendengarnya, yaitu imajinasi.
Imajinasi yang biasanya muncul di benak pendengar adalah permainan sound effect yang bisa menciptakan suasana visual pendengarnya. Selain itu pengaturan musik pada siaran radio diharapkan dapat lebih memikat pendengarnya mengingat radio adalah media selintas dengar maka penyampaian informasinya harus banyak menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siapapun yang mendengarnya


Pentingkah Iklan Radio?
Dari masa ke masa, peranan radio selalu penting. Bermunculannya berbagai media elektronik, termasuk maraknya Internet pun, tidak menenggelamkan radio sebagai salah satu media pilihan konsumen.

Karenanya, iklan di radio tetap perlu untuk dipertimbangkan dalam integrated marketing communication (IMC) sebuah brand campaign.

Kelebihan lain dari radio adalah lebih singkatnya waktu untuk mempersiapkan
materi iklan. Materipun bisa dikemas/dibawakan dengan gaya bahasa sedemikian rupa sehingga sesuai dengan selera pendengar lokal.

Iklan radio yang efektif adalah yang mampu melibatkan pendengarnya.
Engagement bisa diperoleh dari pemilihan kata-kata yang menarik atau humoris, dari
komponen musik dan dari sound effect lainnya.

Adakalanya, radio setempat juga menawarkan jasa untuk membacakan script iklan oleh penyiarnya. Ini bagus, karena mampu menepis kebosanan pendengar yang lelah dijejali iklan yang bertubi-tubi. Dengan gaya tersendiri, penyiar membacakan script iklan dengan renyah
dan dibumbui cerita-cerita keseharian, sehingga lebih merasuk ke benak pendengar.

Hanya saja, harus tetap dilakukan suatu monitoring khusus, untuk meyakinkan bahwa penyiar tidak terlalu jauh memodifikasi script yang dikemas untuk brand.

Karena harganya yang relatif lebih murah, iklan radio bermanfaat untuk meningkatkan frekuensi eksposure sebuah campaign. Dengan tingginya frekuensi, awareness terhadap pesan yang disampaikan melalui media radio akan dengan cepat dibangun.

Yang perlu diperhatikan adalah adanya sinergi antara pesan brand yang disampaikan lewat media radio dengan pesan brand yang disampaikan di media lainnya.

Jangan sampai masing-masing media menyampaikan hal yang tidak berhubungan, bahkan bertentangan.


Kelebihan Media Radio
-Murah (biaya produksi dan placement)
-Ketajaman Penetrasi ( sinyal kuat pendengar dari jarak jauh)
-Waktu Transmisi tak terbatas ( mengudara 24 jam)
-Imajinatif ( suara/vocal, musikal)
-Tidak memerlukan perhatian terfokus ( sambil berkendara dll)
-Bersifat Mobile ( bisa dibawa kemana saja)
-Teman Setia ( teman rasa sepi )
-Pengganti televisi ( tidak bisa lihat televisi )
-Media Intrusif ( efektif memutuskan, menyela info baru )
-Bukan media musiman ( memiliki pendengar tanpa terpengaruh musim)
-Sub-urban coverage ( jangkauan yang tidak terjangkau tv, media cetak)

Kelemahan Media Radio
-Lack of pictures (pengiklan tidak bisa demonstrasikan produknya)
-Radio menyiarkan iklan sekilas (perlu pengulangan)
-Bersifat terbagi ( pengiklan tumpang tindih menjangkau pasar)
-Local Area service ( menjangkau daerah tertentu tergantung radionya)
-Sulit dimonitor.

Kiat membuat iklan radio
-Buatlah pendengar “melihat” apa yang anda sampaikan
-Gunakan kata-kata sederhana biasa terdengar setiap hari
-Hindari kata-kata salah dengar atau salah arti
-Gunakan Sound Effect (SFX) produk yang sedang “Action”
-Ramukan jingle,dialog, penyiar, SFX, musik sefektif mungkin.
-Sesuaikan dengan gaya station radio yang dipilih
-Variasikan tema jingle bisa nge’rock, dangdut, R&B, pop, dll
-Adlips (berita/iklan dari suara penyiar)
-Spot promo (iklan promosi produk)
-Wawancara langsung .

Menilai iklan radio yang baik
(jeanny hardono---Dentsu )
1. Apakah Idenya sudah efektif untuk radio ???--------banyak ide visual dipaksakan menjadi iklan radio .
2. Apakah cukup relevan basik dengan pesan maupun target audience?
3. Apakah cukup Radikal ? Bisa menonjol iantara hiruk pikuk iklan dan acara radio ?
4. Crafting Copy yang cerdas (edit, edit, edit…..sampai perfect…).

SEGMENTASI RADIO
Ardan ( hiburan )------ Remaja (15-24 th)
ARH (hiburan & info)------ Profesional 25 – 35 th)
Colors Radio ( Musik Unik + Hiburan)---- Umum 20-30 th
Cosmopolitan ( Gaya Hidup, Bisnis)------Wanita 28 – 30 th
ELshinta ( Berita/Informasi)------Politisi , umum SES A,B.
Female ( Gaya hidup + Hiburan)-----Wanita SES A, B
Hard Rock (Gaya Hidup + Hiburan)------Anak Muda 20-30 SES AB
SC FM ( Informasi, GH, Hiburan) ------Umum 25 – 35 th.
Suara Surabaya ( Berita dan Informasi)---- Umum 25 – 35 th SES A,B
Pas FM ( Bisnis)----Prefesional 25 – 35 th SES AB.
OZ ( Hiburan, Gaya Hidup)-----Anak Muda 14 – 29 th SES B-, A+
MTV on the sky ( Gaya Hidup)------ 15 -23 th, SES A, B.
Mercury ( Informasi, infotaintment)----- SES tertentu, Umum, SES B+

Daya Tarik Radio
Di luar rumah ??
(Riset Cakram edisi Radio 2004)
BANDUNG
• Rumah ( 86 %)
• Mobil ( 3 %)
• Tempat kerja ( 1 %)
• Tempat Lain ( 11 %)
JAKARTA
• Rumah ( 79 %)
• Mobil ( 4 %)
• Tempat kerja ( 6 %)
• Tempat Lain ( 11 %)

SEGMENTASI RADIO di SURABAYA
Colors Radio (hiburan Anak muda) ------- Casual ‘n Fun, Sex Room
DJ FM Radio ( Hiburan Anak Muda) ---- Wake Up Get Up, Time Traxx.
EBS FM ( Musik dan Informasi)--- Hot 40, Agenda Pagi, Afternoon Show
Global FM ( Radio Keluarga) ---- Global evergreen, Global Mandarin.
Hard Rock ( Hiburan Anak Muda) --- Drive’n Jive, Guys Talk, Rock The Night.
Kota ( Radio Dangdut)---- Seputar Kota, Dendang Surabaya, Dangdut Mania.
Mercury ( (Berita dan Hiburan) --- Mercury Hot News, Mercury Oldiest.
SCFM ( Berita dan gaya HIdup)---- Indonesia First Channel, SurabayaFC.
Suara Surabaya ( Radio Informasi)--- Kelana Kota, Dialog Interaktif.
Suzana ( Hiburan dan Berita Ringan)– Opini Pagi, Tria Burulu, Suegele lek.


Radio Jaringan di Indonesia

Jaringan merupakan salah satu konsep yang diusung radio-radio swasta guna merebut hati pendengar dan pengiklan.

Selain jaringan, konvergensi media juga menjadi daya tarik tersendiri bagi radio. Bagaimanakah radio menyikapi persaingan yang kian ketat lewat jaringan dan konvergensi media saat ini.

Radio jaringan menjadi pilihan karena memiliki sejumlah kelebihan. Radio yang memiliki keterbatasan jangkauan siar, berkat jaringan keterbatasan tersebut bisa diatasi. Lewat jaringan siaran radio di suatu daerah dapat didengar di daerah lain. Begitu pula iklan di satu radio bisa didengar di radio-radio lain sesuai dengan keinginan pengiklan.

NETWORKING RADIO
Gajahmada Group --- Gajahmada FM, Imelda FM, Makhkota Cendrawasih ( Semarang)
Trijaya Group ---- Trijaya FM jkt, Smg, ARH Jkt, Prapanca Medan, SCFM.
Bens Radio ---- Krakatau Am, Gaswara FM, Metro FM Sby, -----punya alm. Benyamin S
Delta Female --- Delta FM Jkt, Sby, Delta FM Medan, Female FM Jkt, Bandung.
Surya Suara Mediatama – Hard Rock FM jkt, bandung, Sby, Bali. MTV Sky semua.
Rasika Group ---- Rasika FM, Borobudur FM, Amarta FM, Kendal Citra FM.
Suzana Group ---- Suzana FM, Suara Merdeka FM, Bahtera Yudha FM, Puspita FM dll)
Smart FM ---- Smart FM, Manado FM, Smart FM Smg dll
Dirgantara --- Makobu Malang , Kosmopolitan, Colors Radio, Radio Pesona dll.

Info tambahan dari ibu Metta - MNC Networks:
For Your Info :
Mercury FM tidak pernah tergabung dalam jaringan Trijaya .
saat ini Trijaya FM memiliki 11 Radio Jaringan mulai Medan sampai Manado
mempunyai adik radio Dangdut TPI di 6 Kota besar mulai Medan, Jakarta, Bandung, Tulungagung,Pekanbaru...
Demikian informasi ini semoga bermanfaat

Metta - MNC Networks


Radio dan Internet
Disamping perkembangan arus segmentasi dan positioning yang menjadi semakin ceruk, industri radio secara teknologi juga telah menyambut kehadiran siaran radio lewat satelit yang dikelola oleh World Space Management.

Pada sisi lain, seiring dengan merebaknya pertumbuhan industri internet, sejumlah stasiun radio mulai mengintegrasikan siarannya dalam jaringan internet, sehingga bisa diakses oleh
para pengguna internet secara global. Pelopornya antara lain Prambors FM, dan RRI Pro2 Jakarta.

Bagaimanapun juga, sinergi antara stasiun radio dengan internet, akan menawarkan sebuah bentuk siaran yang atraktif -multimedia.


Beberapa Istilah yang digunakan dalam proses pembuatan Iklan Radio:

FVO : Female Voice Over
MVO : Male Voice Over
SFX : Sound Effect
Anncr: Announcer
AM : Amplitude Modulation (25 miles)
FM : Frequency Modulation (50 miles)
Ad Lips, Jingle....etc

(dari berbagai sumber) * revised October 22nd, 2007*

ZINE: MEDIA ALTERNATIF


Saat awal tahun 1997-an di Indonesia, gaya hidup yang merebak saat itu adalah gaya underground yang secepat kilat menjadi acuan mode dan musik di kalangan anak muda. Punk adalah acuan musik yang saat itu berkembang.Greenday menjadi populer sebagai semangat ber-underground sebagai bagian dari counter culture/budaya perlawanan.

Tipe underground yang mencolok adalah antikemapanan, menentang mainstream/media yang besar dan terkenal, antisosial, keluar dari batas dan antitren.
Karena tipe di atas tadi, maka untuk menunjukkan jati dirinya secara benar tanpa di’plintir-plintir’ oleh pers yang mainstream, maka mereka membuat media sendiri yang biasanya dikerjakan secara independent atau istilahnya adalah D.I.Y (Do It Yourself).
Media inilah yang kemudian disebut sebagai media indie/media perlawanan dari pengaruh mainstream. Bahasa musiknya adalah indie label.

Media indie awalnya dikenal sebagai zine.
Zine dapat disebut sebagai versi lain magazine atau bentuk lebih sederhana dari magazine. Sering juga disebut fanzine atau zine yang dibuat oleh fan/penggemar/simpatisan.
Apa itu fanzine? Misalnya ada seseorang yang menyukai tentang jam jam antik, maka dia bisa membuat fanzine tentang jam antik, dengan dia sendiri menjadi editornya. Dalam hal ini seorang yang terinspirasi oleh pola dan gaya hidup underground maka dia akan membuat fanzine underground.

Fanzine underground bisanya berisikan artikel dalam bentuk kritik/malah terkadang tulisan serangan terhadap kebijakan pemerintah, budaya konsumerisme, kapitalisme, penindasan, lingkungan hidup, diskriminasi dan juga berisi info, interview dan review band dari kalangan underground yang dianggap oleh editornya menarik. Kadang juga ditambah dengan info info dari hobi mereka, tapi rata rata tetap dari sudut pandang counter-culture. Jika ia berbicara tentang komputer, maka ia menulis tentang teknik hack, jika ia membuat komik maka cerita cerita atau gambar yang dibuat tidak akan sama dengan yang muncul di komik-komik terbitan penerbit besar, sebagian besar berisi kritik sosial.

Zine mempunyai ciri-ciri, antara lain:
- Tidak mempunyai kantor redaksi, artinya mereka bisa beredaksi dimanapun mereka mau.
- Tidak ada tenggat waktu/deadline
- Karena dibuat dengan sistem DIY, maka jumlah eksemplarnya bergantung pada ‘isi saku’ dari redaksi/editor.
- Isi zine sangat sempit. Ada yang tentang melulu politik, anti-pemerintah, budaya, personal, lingkungan hidup, dll.
- Tidak ada batasan tentang bagaimana menulis yang baik dan benar. Semua ‘terasa’ sah-sah saja, bahkan pernah ditemui umpatan-umpatan jorok pun terasa manis didengar..J
- Biasanya lahir dari sebuah komunitas meskipun ada juga yang dilahirkan dengan mandiri.
- Biasanya anti-copyright/anti hakcipta, artinya pembaca boleh menggandakan seberapa dia mau.

Kategori zine menurut isinya, dibagi menjadi:
1. Zine yang seluruh isinya dibuat atau ditulis sendiri oleh editor atau sebelumnya belum pernah dipublikasikan di media lain.
2. Zine yang sebagian isinya dibuat sendiri dan sebagian lagi hasil mengambil artikel dari sumber lain yang sudah ada sebelumnya.
3. Zine yang seluruh isinya hasil dari mengumpulkan dari sumber lain.

Kategori zine menurut kemasannya, dibagi menjadi:
1. Zine dengan format fotokopian. Bentuk yang paling banyak dijumpai. Bentuk ini memperbanyak eksemplar melalui foto kopi.
2. Zine dengan format stensilan. Zine ini dicetak mengggunakan alat cetak yang bernama stensil, biasanya sampul dibuat berwarna, tetapi halaman isi distensil hitam putih.
3. Zine dengan format full-colour. Bentuk yang paling bergaya, biasanya memakai kertas yang bagus dan kualitas cetak offset yang tinggi.

Tentang Foto Kopi
Karena biasanya pembuat zine berpendapat bahwa informasi itu harusnya gratis disebarluaskan maka mereka tidak pernah dipusingkan oleh copyright, dan dengan sukarela membagi tulisannya dengan zine lainnya, bahkan merelakan zine mereka digandakan lagi oleh pihak lain tanpa meminta balas jasa materi.
Tapi biasanya juga mereka beretika dengan menuliskan sumber sumber tulisan tersebut. Dan jarang sekali mereka mengambil tulisan dari media media mainstream yang memberi copyright pada tulisan tulisan mereka. Dan zine- zine yang sudah menjadi lebih besar dan bahkan bisa menembus pasaran (seperti ripple contohnya) akan membentuk tim penulis sendiri, beberapa zine yang terhitung kecil juga ternyata memiliki tim editorial sendiri dan tidak membuat zine sendirian.

Di Indonesia sendiri fenomena zine ini juga cukup berkembang pesat sejak beberapa tahun terakhir, bahkan beberapa kali menjadi topik artikel di media media mainstream yang. Tapi sayangnya perkembangan pesat itu seakan hanya meledak sebentar dan hilang. Jika tahun-tahun dulu ditemukan dalam sebulan ada 5-10 judul zine, maka pada tahun ini merosot tajam, paling-paling 2 judul zine sudah bagus. Hal ini sangat disayangkan karena dapat menjadi indikasi bahwa budaya menulis dan membaca kembali surut. Yang mungkin juga diakibatkan tidak lancarnya regenerasi para editor editor zine sebelumnya.

Diluar konteks zine sebagai media propaganda, keberadaan zine-zine ini juga sangat berguna sebagai penanda bahwa budaya menulis dan berargumentasi bertumbuh dan berkembang secara positif dikalangan underground, yang juga menunjukkan bahwa sebenarnya mereka termasuk golongan yang terpelajar-baik melalui insitusi resmi sekolahan ataupun belajar secara otodidak. Jadi mereka para pembuat zine termasuk berjasa dalam berusaha meningkatkan budaya baca tulis bangsa ini secara umum dan anak anak muda yang berada dalam kalangan underground pada khusunya. Sehingga sangatlah disayangkan jika jumlah pembuat zine ini menurun pada waktu waktu belakangan ini.

(dari berbagai sumber)


KARAKTER SURAT KABAR


Merupakan salah satu media penyampai pesan yang mempunyai daya jangkau luas dan massal.
(Rhenald Kasali, 1992)

Surat Kabar bergantung pada:
1. Frekuensi terbit : Seminggu sekali (mingguan), Dua mingguan, Harian, dll.

2. Bentuknya : - Broadsheet, bentuk standar. Memiliki ukuran 8 dan 9 kolom ke samping.
- Young Broadsheet, bentuk baru. Memiliki ukuran 6 dan 7 kolom.
- Tabloid. Biasanya 5 dan 6 kolom dengan tinggi sekitar 35 cm.
* di beberapa negara maju dan di Indonesia sendiri, konsep surat kabar dengan bentuk tabloid (6 kolom-an) sudah ada. Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos Group, berpendapat bahwa untuk membedakan koran atau tabloid tidak melulu dilihat dari ukuran koran atau bentuknya, melainkan dari sifat isi beritanya. Tabloid dari sifatnya tentu saja lebih ringan daripada surat kabar.

3. Sirkulasinya : Nasional atau Lokal/Regional. Nasional bila aspek redaksionalnya dipusatkan di kota besar (bukan hanya ibu kota) yang menjadi markas besar perusahaan penerbitnya dan didistribusikan di seluruh pelosok masyarakat.

4. Sifat dan kategori produk: produk yang biasa dibeli dengan tingkat keterlibatan rendah (low involvement) tidak cocok beriklan di surat kabar. Perlu diperhatikan disini ukuran tampilan iklan dan warna iklan sebagai daya tarik audience.

5. Format isinya/jenis : Ekonomi, politik, olahraga, dsb.

6. Kelas sosial pembaca :
- Highbrow newspaper (quality): surat kabar untuk golongan masyarakat menengah ke atas.
- Boulevard Newspaper (popular): surat kabar untuk golongan masyarakat menengah ke bawah.

Kekuatan Surat Kabar
- Market coverage tinggi. Mampu sampai ke pelosok daerah serta mempunyai distribusi yang fleksibel.
- Harga relatif murah, sehingga mampu dikonsumsi oleh segala lapisan masyarakat.
Comparison Shopping (catalogue product). Kebiasaan audience sebelum belanja selalu memperhatikan koran sebagai referensi.
- Karakter yang kuat, karena memiliki berita-berita yang aktual sesuai dengan perkembangan pemikiran masyarakat yang semakin dewasa.
- Mempunyai target pasar sendiri sesuai dengan khalayak pembacanya.
- Dapat dibeli tanpa harus menjadi pelanggan/eceran.
- Ada ruang beriklan/space yang khusus buat produk.
- Fleksibel ketika menjadi bagian dari iklan produk.

Kelemahan Surat Kabar
- Clutter. Tidak beraturan ketika produk dan berita bersanding.
- Short life span. Koran dibaca dalam waktu yang singkat dan cepat. Koran hari minggu biasanya lebih berat daripada hari lainnya, karena tingkat membaca lebih cepat daripada hari biasanya.
- Limited coverage of certain groups. Meski sirkulasi luas namun tetap saja kelompok pasar tertentu tidak bisa terlayani dengan baik.
- Kualitas cetak buruk. Berpengaruh pada iklan produk yang dibuat.
- Medium statis, karena tidak dilengkapi dengan audio video.
- Sering terjadi kesalahan cetak.

(dari berbagai sumber)

MEDIA


Dalam berkomunikasi secara visual, hal yang paling penting adalah dimana dia nantinya akan ditempatkan.
Karena itu diperlukan yang namanya MEDIA. Media dalam komunikasi visual sangatlah beragam. Akhir-akhir ini bahkan ditemui banyak sekali media dengan bentuk yang juga beragam.

Media Vs Sarana
MEDIA: Metode komunikasi umum yang membawa pesan.
Misalnya: TV, Surat Kabar, Majalah, dll.

SARANA: pilihan program atau siaran di mana pesan akan dipasang.
Misalnya: TransTV, Indosiar, MTV, A+, Aneka, dll.

Dalam dunia periklanan dikenal istilah Above The Line (ATL) dan Below The Line (BTL).
ATL menurut Frank Jeffkins (Periklanan, 1997:86) merupakan media yang berhak mengatur pengakuan dan pembayaran komisi kepada biro-biro iklan, sedangkan BTL tidak memberikannya.
Artinya, biro iklan tidak berhak menerima komisi dari biaya operasional dari media-media BTL.

Perbedaan lainnya terletak pada sifat media itu sendiri. Sifat ATL merupakan media ‘tak langsung’ yang mengenai audience, karena sifatnya yang terbatas pada penerimaan audience. Sedangkan BTL media yang ‘langsung’ mengena pada audience karena sifatnya yang memudahkan audience langsung mencerap satu produk/pesan saja.

Media ATL, antara lain: Surat kabar, Majalah, Televisi, Radio, Media luar ruang (outdoor), Bioskop, dll.
Media BTL, antara lain: directmail, katalog, Point of Purchase, Pameran, brosur, dll.

MEDIA PRIMER DAN SEKUNDER VS ATL DAN BTL
ATL maupun BTL berbeda artinya dengan media primer dan sekunder. Media primer adalah media yang diutamakan dalam sebuah kampanye iklan sedangkan media sekunder adalah media-media yang sifatnya menunjang atau melengkapi.
Televisi bisa menjadi media sekunder bila ternyata brosur lebih efektif dijadikan media primer…begitu juga sebaliknya!

Sekarang yang lagi hangat dibicarakan di kalangan periklanan adalah media baru yang namanya Through The Line (TTL). TTL merupakan media yang sifatnya menetap dan menyesuaikan dengan media di sekeliling dia, sifatnya juga langsung berinteraksi dengan audience...mempunyai daya stopping power yang kuat.

Namun yang diingat adalah semua media ada kekuatan maupun kelemahannya. Jadi tidak bisa menunjuk pada satu media saja yang kita anggap sempurna atau efektif, semua tergantung pada strategi dalam melakukan proses perencanaan media.



(dari berbagai sumber)

KARAKTER MAJALAH


Media yang lebih segmented menjangkau audience. Isi dari majalah pun disesuaikan dengan segmentasi konsumennya.
Dalam hal penyajian berita, majalah berbeda kedalaman isinya daripada surat kabar.
Tekanan pada unsur menghibur dan mendidik. (Rhenald Kasali, 1992: 108)

Kekuatan Majalah
- Khalayak sasarannya jelas, karena lebih tersegmen dan terspesialisasi
- Majalah dapat mengangkat produk-produk yang diiklankan sejajar dengan persepsi khalayak sasaran terhadap prestige majalah tersebut.
- Usia edar majalah lebih panjang daripada surat kabar.
- Kualitas visual lebih baik daripada surat kabar
- Efektif untuk pesan iklan yang berbau promosi penjualan.



Kelemahan Majalah

- Flexibility kurang, karena ada deadline dalam pembuatan final artwork iklan.
- Biaya pencetakan tinggi, karena kualitas visualnya bagus.
- Biasanya tidak ada ready stock, karena distribusi majalah umumnya lambat dan jaringan distribusi kurang tepat sasaran.

Segmentasi Majalah
Untuk meng-segmentasikan audience, maka media selection perlu memperhatikan sbb:
1. Profil khalayak, berdasarkan:
- faktor demografis (usia, pendapatan perbulan, dll)
- mengidentifikasikan kebiasaan konsumen dalam menggunakan produk)
- kelompok psikografis (gaya hidup, motivasi dan perilaku, kepribadian) membagi pembaca dalam 3 kelompok, yaitu:
- Swinger. Pembaca yang selalu mencari produk yang mutakhir, up to date, bergerak cepat. Cara hidup mereka adalah mementingkan kesenangan.
- Prestigious Seeker. Kelompok pembaca yang ketika mencari produk dihubungkan dengan pencerminan kedudukan yang tinggi di masyarakat. Mereka selalu menjaga prestige dan penampilan, karena mereka ingin selalu dianggap trendy.
- Plain Joes. Kelompok yang lebih kasual, mencari barang yang biasa dan tidak mencolok mata tetapi dapat memenuhi kebutuhan.


2. Daya jangkau yang memadai, majalah tersebut lingkup nasional ataukah regional.

3. Media dengan frekuensi yang sesuai (mingguan, 2 mingguan, dst…).

(dari berbagai sumber)